8/10/2013

Bicara Tentang Bawang Dayak


Mereka Bicara Bawang Dayak

Kendalikan stres, seimbangkan pola hidup, konsumsi herbal yang tepat adalah kunci utama penanggulangan diabetes.

Kegemaran mengonsumsi makanan dan minuman manis tak selalu berakhir manis. Nyatanya jumlah penderita diabetes mellitus tanahair kian meningkat. Sarah Wild dan rekan-rekan dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Edinburgh, Skotlandia, bekerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2004 membuktikan hal itu. Riset mereka menunjukkan pada 2000, jumlah penderita penyakit gula Indonesia mencapai 8,4-juta jiwa. Sarah dan rekan-rekan memprediksi angka itu menjadi 21,3-juta jiwa pada 2030. Sementara Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2007 menyatakan diabetes mellitus menyebabkan 14,7% kematian penduduk berusia 45—54 tahun di daerah perkotaan. Dalam laporannya, Sarah Wild menyebutkan pemicu peningkatan risiko diabetes adalah tingginya angka obesitas dan kurang aktivitas fisik.
Menurut dr H Hafuan Lutfie di Tebet, Jakarta Selatan, hampir seperlima pasien yang datang dengan keluhan diabetes mellitus berusia kurang dari 40 tahun. “Penderita memang bisa melatih diri untuk hidup dengan diabetes, tapi produktivitasnya berkurang dibandingkan dengan orang sehat,” kata Lutfie. Ia menganjurkan pencegahan sederhana: biasakan aktivitas fisik minimal 1—1,5 jam per hari, perbanyak minum air putih di saat tepat, kurangi asupan tinggi kalori, dan konsumsi makanan sehat alami seperti berbagai jenis herbal dan madu. Tiga dokter berikut berbicara tentang bawang berlian untuk mengendalikan kadar gula darah.

dr Prapti Utami: Bawang Dayak Efektif
Di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, dr Prapti Utami meresepkan bawang dayak kepada penderita diabetes sejak 8 tahun terakhir. Dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang itu mengombinasikan bawang dayak dengan berbagai herbal lain. Misal sambiloto, ciplukan, daun salam, brotowali, mahkota dewa, tapakdara, kayumanis, mimba, dan daun sendok. “Kombinasi herbal meningkatkan efektivitas dan mengurangi kemungkinan munculnya efek samping,” kata anggota istimewa ASPETRI (Asosiasi Pengobat Ramuan Tradisional Indonesia) itu. Bawang dayak tergolong efektif menurunkan kadar gula darah meski konsumsi tunggal.
Tidak ada obat yang benar-benar manjur untuk diabetes. Pengalaman Prapti, kadar gula darah pasien diabetesi selalu naik-turun, tergantung konsistensi menjaga pola konsumsi. Bagi sebagian orang, makanan diabetesi memang cenderung membosankan. Itu sebabnya pasien kadang tergiur mengonsumsi makanan biasa, terutama diabetesi kantoran yang masih aktif dan kerap makan di luar rumah. “Makanan jajanan cenderung jor-joran mengandung bahan sintetis untuk meningkatkan citarasa. Jangan heran kalau gula darah pasien melonjak meski dalam seminggu hanya jajan 1—2 kali,” kata pemilik Klinik Evergreen itu.
Toh, Prapti mengingatkan untuk berhati-hati mengonsumsi bawang dayak, terutama pengidap tekanan darah rendah atau penderita gangguan lambung. Berdasarkan pengalaman beberapa pasien, penderita tekanan darah rendah mengalami penurunan tekanan darah tiba-tiba pascakonsumsi bawang tiwai sampai pandangan berkunang-kunang. Ia menyarankan untuk mengonsumsi bawang berlian itu sejam menjelang makan atau 2 jam setelahnya.

dr Paulus Wahyudi Halim MedChir: Subjektivitas
dr Paulus Wahyudi Halim MedChirMenurut dr Paulus Wahyudi Halim, bawang tiwai bisa menjadi alternatif terapi bagi diabetesi. Ia menyarankan pasien tidak hanya mengonsumsi herbal, tapi juga mengombinasikan dengan tindakan medis. Utamanya diabetesi dengan kadar gula darah lebih dari 150 mg/dl darah. Kadar normal gula darah adalah kurang dari 140 mg/dl untuk pengukuran sesaat; puasa, kurang dari 100 mg/dl. “Yang paling penting, jangan samakan konsumsi herbal dengan obat-obatan penurun kadar gula darah yang bisa menurunkan kadar gula darah secara instan dalam hitungan jam,” kata Paulus. Konsumsi herbal mesti teratur untuk memperoleh efek terapi yang diinginkan.
Pengobatan herbal hampir sama dengan pengobatan medis, tidak lepas dari faktor subjektivitas. “Sebagian orang cocok dengan dokter tertentu dan merasa tidak cepat sembuh jika berobat ke dokter lain. Padahal obat yang diresepkan itu-itu juga. Atau anggapan bahwa mengonsumsi obat dengan merek dagang tertentu lebih cepat sembuh, padahal zat aktif yang terkandung sama saja dengan merek lain,” ungkap Paulus.
Namun, konsumsi herbal kondisinya berbeda. “Setiap jenis herbal mengandung zat aktif berbeda, sehingga bawang dayak hanya akan efektif pada orang yang sensitif dengan zat aktif di dalamnya,” kata Paulus. Untuk diabetesi, dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu biasa meresepkan mengkudu, tapak dara, atau paria. Paulus menganjurkan untuk mengonsumsi herbal dalam kondisi segar jika memungkinkan. Alternatif lain, konsumsi dalam bentuk seduhan yang karena lebih steril karena ada proses pemanasan.
dr Fetty Amalita Madjid: Kendalikan Stres
dr Fetty Amalita MadjidMengajak bicara dan membiarkan pasien melepaskan unek-unek menjadi salah satu cara dr Fetty Amalita Madjid di Cibubur, Jakarta Timur melakukan terapi. “Sekitar 70—80% pasien yang datang sejatinya tidak terlalu sakit, mereka hanya perlu teman bicara untuk menurunkan ketegangan,” kata Fetty. Ketegangan alias stres itulah yang mengundang penyakit degeneratif hadir lebih dini. Dalam batas tertentu, stres justru menjadi pemicu untuk berbuat lebih baik sehingga mencapai hasil lebih tinggi. Namun kalau berlebihan, alih-alih mencapai hasil lebih tinggi, justru masalah yang datang.
“Kendalikan stres, bukan sebaliknya,” kata perempuan kelahiran 48 tahun silam itu. Stres berlebihan akan mengganggu kinerja organ paling lemah alias locus minoris resistentiae. Kamus kesehatan Meriam-Webster mendefinisikan locus minoris resistentiae sebagai bagian tubuh dengan pertahanan paling lemah terhadap serangan penyakit. Menurut dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi itu, setiap orang mempunyai locus minoris resistentiae berbeda-beda. Penderita diabetes yang sering mengalami lonjakan gula darah saat mengalami stres berlebih memiliki locus minoris resistentiae di pankreas.
“Pengalaman salah satu pasien saya, jika sedang bahagia, makan agak sembarangan pun tidak menaikkan kadar gula darah sampai tingkat ekstrem. Namun, kalau banyak pikiran, makan terkontrol saja membuat gula darah naik sampai 300 mg/dl,” kata Fetty. Penderita diabetes seperti itulah yang mesti belajar mengendalikan stres. Menurut Fetty, kontribusi obat herbal maupun medis hanya 40—50%.
Fetty biasanya menganjurkan konsumsi paria, jus kacang panjang, atau lidah buaya untuk penderita diabetes. Menurutnya, bahan herbal untuk diabetes seringkali justru tidak mengandung zat aktif yang menurunkan gula darah, tapi meningkatkan fungsi pankreas dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Ia memperkirakan bawang dayak pun bersifat demikian. Yang terpenting, jangan biarkan stres mengambil alih kendali tubuh. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Muhamad Cahadiyat Kurniawan)
sumber: http://www.trubus-online.co.id/topik/6904-mereka-bicara-bawang-dayak.html

No comments:

Post a Comment