8/10/2013

INFORMASI PRODUK




Informasi Produk

      Kapsul ekstrak bawang dayak  ALYCHINS produksi TRUBUS  PANGAN SWADAYA merupakan produk herbal yang diproduksi untuk memberikan manfaat yang sangat besar bagi pengguna herbal.
      
     Dengan Pengalaman sebagai penerbit majalah Pertanian di Indonesia kini TRUBUS menghadirkan produk yang tidak usah diragukan lagi khasiatnya.

      Dari beberapa penellitian yang telah dilakukan .Bawang dayak alias bawang berlian terbukti secara empiris mampu menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, mioma, dan mag. Hasil riset di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), menunjukkan umbi tanaman anggota famili Iridaceae itu mengandung senyawa  naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine, eleutherine, eleutherol, dan eleuthernone. Naphtoquinones dikenal ampuh sebagai antikanker, antioksidan, antimikroba, anticendawan, antivirus, dan antiparasitik.

EFEK FARMAKOLOGI

      Umbi bawang dayak ( eleutherine palmifollia) mengandung alkaloid,saponin,triterponoid,steroid,glikosida,tannin,fenolik dan flavonoid.
Dari hasil penelitian,triterpenoid dan fenolik dalam umbi bawang dayak memberikan efek hipoglikemik yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Sedangkan flavonoid bersifat sebagai antioksidan yang dapat memelihara kesehatan tubuh dan kulit. Bawang Dayak juga memiliki senyawa aktif naphtoquinon eleutherine yang berpotensi sebagai antikanker.Zat aktif tersebut dapat menghambat kerja enzim topoisomerase II yang berperan penting dalam fase replikase dan foliperasi sel kanker.

PENYAKIT YANG DAPAT DIOBATI


Penyakit-penyakit yang dapat dibantu penyembuhannya menggunakan bawang hasil pertanian di daerah Kalimantan ini adalah sebagai berikut.

 1. Obat peluruh kemih
  2. Obat muntah
  3. Pencahar
  4. Obat penyakit kuning dan kelamin
  5. Semua penyakit kronis dan yg berhubungan dengan Darah 

  6. TBC,
  7. Asma,
  8. Migrain,
  9. Vertigo,
10. Ambeien,
11. Amandel,
12. Maag,
13. Radang Usus,
14. Ginjal,
15. Prostat
16. Diabetes
17. Asam urat
18. Hipertensi / Darah Tinggi
19. Darah Rendah
20. Epilepsi
21. Gangguan pencernaan lambung
22. Kolesterol
23. Gondok
24. Bronkhitis
25. Stamina
26. Gangguan seksual / Vitalitas
27. Keputihan
28. Sakit Pinggang
29. Stroke
30. Jantung,
31. Hepatitis,
32. Insomnia,
33. Rematik
34. Pelupa dan menurunnya fungsi ingatan
35. Segala jenis Kanker dan Tumor (Kista, Myom, Kanker Payudara, Kanker Rahim, Kanker    

      kelenjar getah bening, Kanker paru paru, Kanker usus)

           Dengan banyaknya manfaat yang terkandung itulah maka tak salah kiranya TRUBUS menghadirkan  produk kapsul bawang dayak (ekstrak murni) ALYCHINS 

KANDUNGAN

Tiap Kapsul ( 500mg) mengandung
Eleutherine palmifolia bulbus extractum....................500mg

    ANJURAN KONSUMSI
    1. Pengobatan  2    X sehari @ 2 kapsul
    2. Pencegahan 1-2 X sehari @ 2 kapsul

















    Bicara Tentang Bawang Dayak


    Mereka Bicara Bawang Dayak

    Kendalikan stres, seimbangkan pola hidup, konsumsi herbal yang tepat adalah kunci utama penanggulangan diabetes.

    Kegemaran mengonsumsi makanan dan minuman manis tak selalu berakhir manis. Nyatanya jumlah penderita diabetes mellitus tanahair kian meningkat. Sarah Wild dan rekan-rekan dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Edinburgh, Skotlandia, bekerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2004 membuktikan hal itu. Riset mereka menunjukkan pada 2000, jumlah penderita penyakit gula Indonesia mencapai 8,4-juta jiwa. Sarah dan rekan-rekan memprediksi angka itu menjadi 21,3-juta jiwa pada 2030. Sementara Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2007 menyatakan diabetes mellitus menyebabkan 14,7% kematian penduduk berusia 45—54 tahun di daerah perkotaan. Dalam laporannya, Sarah Wild menyebutkan pemicu peningkatan risiko diabetes adalah tingginya angka obesitas dan kurang aktivitas fisik.
    Menurut dr H Hafuan Lutfie di Tebet, Jakarta Selatan, hampir seperlima pasien yang datang dengan keluhan diabetes mellitus berusia kurang dari 40 tahun. “Penderita memang bisa melatih diri untuk hidup dengan diabetes, tapi produktivitasnya berkurang dibandingkan dengan orang sehat,” kata Lutfie. Ia menganjurkan pencegahan sederhana: biasakan aktivitas fisik minimal 1—1,5 jam per hari, perbanyak minum air putih di saat tepat, kurangi asupan tinggi kalori, dan konsumsi makanan sehat alami seperti berbagai jenis herbal dan madu. Tiga dokter berikut berbicara tentang bawang berlian untuk mengendalikan kadar gula darah.

    dr Prapti Utami: Bawang Dayak Efektif
    Di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, dr Prapti Utami meresepkan bawang dayak kepada penderita diabetes sejak 8 tahun terakhir. Dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang itu mengombinasikan bawang dayak dengan berbagai herbal lain. Misal sambiloto, ciplukan, daun salam, brotowali, mahkota dewa, tapakdara, kayumanis, mimba, dan daun sendok. “Kombinasi herbal meningkatkan efektivitas dan mengurangi kemungkinan munculnya efek samping,” kata anggota istimewa ASPETRI (Asosiasi Pengobat Ramuan Tradisional Indonesia) itu. Bawang dayak tergolong efektif menurunkan kadar gula darah meski konsumsi tunggal.
    Tidak ada obat yang benar-benar manjur untuk diabetes. Pengalaman Prapti, kadar gula darah pasien diabetesi selalu naik-turun, tergantung konsistensi menjaga pola konsumsi. Bagi sebagian orang, makanan diabetesi memang cenderung membosankan. Itu sebabnya pasien kadang tergiur mengonsumsi makanan biasa, terutama diabetesi kantoran yang masih aktif dan kerap makan di luar rumah. “Makanan jajanan cenderung jor-joran mengandung bahan sintetis untuk meningkatkan citarasa. Jangan heran kalau gula darah pasien melonjak meski dalam seminggu hanya jajan 1—2 kali,” kata pemilik Klinik Evergreen itu.
    Toh, Prapti mengingatkan untuk berhati-hati mengonsumsi bawang dayak, terutama pengidap tekanan darah rendah atau penderita gangguan lambung. Berdasarkan pengalaman beberapa pasien, penderita tekanan darah rendah mengalami penurunan tekanan darah tiba-tiba pascakonsumsi bawang tiwai sampai pandangan berkunang-kunang. Ia menyarankan untuk mengonsumsi bawang berlian itu sejam menjelang makan atau 2 jam setelahnya.

    dr Paulus Wahyudi Halim MedChir: Subjektivitas
    dr Paulus Wahyudi Halim MedChirMenurut dr Paulus Wahyudi Halim, bawang tiwai bisa menjadi alternatif terapi bagi diabetesi. Ia menyarankan pasien tidak hanya mengonsumsi herbal, tapi juga mengombinasikan dengan tindakan medis. Utamanya diabetesi dengan kadar gula darah lebih dari 150 mg/dl darah. Kadar normal gula darah adalah kurang dari 140 mg/dl untuk pengukuran sesaat; puasa, kurang dari 100 mg/dl. “Yang paling penting, jangan samakan konsumsi herbal dengan obat-obatan penurun kadar gula darah yang bisa menurunkan kadar gula darah secara instan dalam hitungan jam,” kata Paulus. Konsumsi herbal mesti teratur untuk memperoleh efek terapi yang diinginkan.
    Pengobatan herbal hampir sama dengan pengobatan medis, tidak lepas dari faktor subjektivitas. “Sebagian orang cocok dengan dokter tertentu dan merasa tidak cepat sembuh jika berobat ke dokter lain. Padahal obat yang diresepkan itu-itu juga. Atau anggapan bahwa mengonsumsi obat dengan merek dagang tertentu lebih cepat sembuh, padahal zat aktif yang terkandung sama saja dengan merek lain,” ungkap Paulus.
    Namun, konsumsi herbal kondisinya berbeda. “Setiap jenis herbal mengandung zat aktif berbeda, sehingga bawang dayak hanya akan efektif pada orang yang sensitif dengan zat aktif di dalamnya,” kata Paulus. Untuk diabetesi, dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu biasa meresepkan mengkudu, tapak dara, atau paria. Paulus menganjurkan untuk mengonsumsi herbal dalam kondisi segar jika memungkinkan. Alternatif lain, konsumsi dalam bentuk seduhan yang karena lebih steril karena ada proses pemanasan.
    dr Fetty Amalita Madjid: Kendalikan Stres
    dr Fetty Amalita MadjidMengajak bicara dan membiarkan pasien melepaskan unek-unek menjadi salah satu cara dr Fetty Amalita Madjid di Cibubur, Jakarta Timur melakukan terapi. “Sekitar 70—80% pasien yang datang sejatinya tidak terlalu sakit, mereka hanya perlu teman bicara untuk menurunkan ketegangan,” kata Fetty. Ketegangan alias stres itulah yang mengundang penyakit degeneratif hadir lebih dini. Dalam batas tertentu, stres justru menjadi pemicu untuk berbuat lebih baik sehingga mencapai hasil lebih tinggi. Namun kalau berlebihan, alih-alih mencapai hasil lebih tinggi, justru masalah yang datang.
    “Kendalikan stres, bukan sebaliknya,” kata perempuan kelahiran 48 tahun silam itu. Stres berlebihan akan mengganggu kinerja organ paling lemah alias locus minoris resistentiae. Kamus kesehatan Meriam-Webster mendefinisikan locus minoris resistentiae sebagai bagian tubuh dengan pertahanan paling lemah terhadap serangan penyakit. Menurut dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi itu, setiap orang mempunyai locus minoris resistentiae berbeda-beda. Penderita diabetes yang sering mengalami lonjakan gula darah saat mengalami stres berlebih memiliki locus minoris resistentiae di pankreas.
    “Pengalaman salah satu pasien saya, jika sedang bahagia, makan agak sembarangan pun tidak menaikkan kadar gula darah sampai tingkat ekstrem. Namun, kalau banyak pikiran, makan terkontrol saja membuat gula darah naik sampai 300 mg/dl,” kata Fetty. Penderita diabetes seperti itulah yang mesti belajar mengendalikan stres. Menurut Fetty, kontribusi obat herbal maupun medis hanya 40—50%.
    Fetty biasanya menganjurkan konsumsi paria, jus kacang panjang, atau lidah buaya untuk penderita diabetes. Menurutnya, bahan herbal untuk diabetes seringkali justru tidak mengandung zat aktif yang menurunkan gula darah, tapi meningkatkan fungsi pankreas dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Ia memperkirakan bawang dayak pun bersifat demikian. Yang terpenting, jangan biarkan stres mengambil alih kendali tubuh. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Muhamad Cahadiyat Kurniawan)
    sumber: http://www.trubus-online.co.id/topik/6904-mereka-bicara-bawang-dayak.html

    Superbulb Warisan Dunia


    Salah satu dari tujuh keajaiban dunia ini didirikan berkat khasiat bawang, sang super bulb
    Salah satu dari tujuh keajaiban dunia ini didirikan berkat khasiat bawang, sang super bulb
    Necropolis, sepatah kata itu langsung diasosiasikan dengan salah satu tujuh keajaiban dunia, piramida Cheops. Ada juga yang menyebutnya piramida Khufu. Itulah piramida tertua dan tertinggi di dunia selama 3.800 tahun. Piramida yang selesai dibuat pada 2580 SM itu dibangun selama 20 tahun. Luasnya kira-kira 10 kali lapangan sepak bola dan terbuat dari dua juta batu kapur dengan rata-rata bobot per batu 2,5 ton! Sulit dipercaya bahwa piramida yang megah itu hanya dikerjakan oleh tenaga manusia. Itulah sebabnya ada yang yakin bahwa piramida itu, adalah teknologi yang diberikan kepada manusia zaman itu oleh para pendatang dari luar angkasa, alien.
    Siapa pun pembuatnya, fakta sejarah membuktikan piramida dikerjakan oleh ribuan manusia. Daya tahan mereka tentu luar biasa. Ketika kelelahan mendera, mereka diberi asupan bir, roti, dan umbi bawang putih. Bawang putih waktu itu diyakini dapat menghilangkan rasa sakit dan  mempertinggi daya tahan tubuh. Bukti bawang putih akrab dengan kehidupan manusia sejak lebih dari 5.000 tahun lalu itu juga ada di relief-relief piramida. Para arkeologis malah menemukan fosil bawang putih di makan King Tutankhamen.
    Di belahan dunia lain, Roma, Italia, bawang putih pun dipercaya berkhasiat obat. Ada 23 manfaat bawang putih, di antaranya mempertinggi daya tahan tubuh para serdadu dan pelaut. Di Tiongkok, bawang puth menjadi herbal sejak 3.000 tahun lalu. Nenek moyang di India, Jepang, Eropa, dan Amerika pun menjalani rutinitas sehari-hari dengan bawang putih. Mungkin itu yang mendorong Velazques dan van Gogh memakai bawang putih sebagai salah satu obyek lukisan mereka.
    Kandungan utama bawang putih adalah alisin yang bersifat antibakteri dan scordinin sebagai antioksidan. Ditambah aneka asam amino dan vitamin, bawang putih ampuh untuk melawan penyakit tekanan darah tinggi, kolesterol, penyempitan pembuluh jantung, atherosklerosis, pembesaran prostat, dan memperbaiki fungsi hati. Kini bawang putih masuk pasar swalayan tidak hanya sebagai bumbu dapur. Di toko-toko obat modern  bawang putih dikemas cantik dalam bentuk kapsul atau bahkan minyak sebagai suplemen makanan. Beberapa merek yang kerap terlihat adalah Garlic, Garlic Oil, dan Swiss Garlic.Setumpuk manfaat. Setumpuk testimoni. Pantas jika bawang putih disebut sebagai superbulb.
    Superbulb lain
    Bawang putih Allium sativum ialah superbulb dari keluarga Liliaceae. Ada lagi yang layak disebut superbulb pula. Ia bukan berasal dari keluarga Liliaceae, tetapi Iridaceae. Namanya bawang berlian Eleutherine americana. Nama aliasnya banyak: bawang dayak, bebawangan bara, tiwai,  bawang sabrang, atau bawang berlian.
    Farmakolog dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Dr Sukrasno menyebutkan, bawang berlian mengandung senyawa aktif eleutherine dan antosianin. Eleutherine senyawa khas milik bawang berlian, tidak ditemukan di tanaman lain. Kandungan lainnya, sebagaimana disebut oleh Prof Dr Sidik Apt, guru besar emiritus Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, ialah alisin yang bermanfaat menurunkan tekanan darah dan mengencerkan darah.
    Penelitian Alia Mustika, alumnus Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor menunjukkan bawang berlian juga mengandung elecanacine, eleutherol, dan eleuthernone. Ketiganya turunan senyawa golongan naftokuinon. Beberapa waktu lalu, setelah Trubus pertama kali menampilkan topik bawang berlian, testimoni keampuhannya menurunkan kadar gula darah mengalir deras. Ambil contoh di Maluku. Di sana ada seorang penderita diabetes dengan kadar gula darah pernah mencapai 600 mg/dl. Agar turun ke angka 200 mg/dl, ia harus disuntik insulin setiap hari. Sejak minum kapsul bawang berlian, dosis insulinnya jauh berkurang, tetapi kadar gula darahnya stabil, bahkan lebih rendah daripada biasanya.
    Bawang berlian sejatinya tidak layak disandingkan dengan bawang putih sebagai superbulb jika hanya efektif untuk diabetes. Testimoni membaiknya kesehatan setelah mengonsumsi bawang berlian juga muncul dari penderita hipertensi, kanker payudara, kanker servik, sembelit, kista, mag, penyakit jantung, pembengkakan prostat, asam urat, batu ginjal, dan stroke. Sebagian besar bukti empiris itu didukung oleh penelitian ilmiah.
    Status bawang berlian di Thailand–di sana namanya hom daeng–beda lagi. Hom daeng justru dipakai sebagai bumbu masak. Masakan dengan bumbu bawang berlian dijamin awet lantaran ia juga bersifat antibakteri. Yang benar-benar tidak patut ditiru adalah seperti yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Di sana bawang berlian tumbuh sembarangan di ladang-ladang singkong. Tidak ada yang merawat. Tidak ada yang memanfaatkan. Bawang berlian di sana dianggap tanaman tidak berguna.
    Jika saja para penduduk mengetahui khasiatnya, bawang berlian bisa menjadi herbal ampuh di kampung. Dr Sukrasno punya cara sederhana untuk mengonsumsi bawang berlian. Ambil satu siung bawang berlian. Iris tipis kemudian masukkan ke air hangat. Bukan air panas. Kalau mau dipanaskan, pakai api kecil dan tidak sampai mendidih. Tujuannya agar senyawa yang terkandung di bawang berlian tidak rusak. Setelah diaduk-aduk, larutan bawang berlian itu bisa diminum sekaligus.
    Pelarut air sudah memadai karena antosianin dan eleutherine bersifat mudah larut. Berapa banyak pelarut? Bagaimana dosis minumnya per hari? Layaknya obat tradisional, tidak ada ukuran pasti untuk itu. Bawang berlian Eleutherine americana, meskipun dikenal pula di belahan dunia lain, nasibnya tidak sehebat bawang putih Allium sativum. Jangankan mengemasnya dengan cantik dan menawarkannya sebagai suplemen, yang mengebunkannya secara intensif pun baru satu-dua. Popularitasnya sebagai bumbu masak pun tidak pernah terdengar Yang sudah ada hanyalah melakukan ekstraksi sederhana dan mengemasnya dalam bentuk kapsul.  Skalanya masih skala rumah tangga, belum pabrikan dengan izin resmi  sebagai suplemen atau obat tradisional dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan*****

    Onny Untung, Koordinator Pengembangan Agribisnis (grup Trubus) dan  redaktur senior Trubus
    Sumber: Majalah Trubus edisi 524 Juli 2013/XLIV