11/08/2013

Nama Dayak di Umbi Obat


Nama Dayak di Umbi Obat


Di Kalimantan, bawang dayak digunakan sebagai bumbu masak, obat hingga upacara adat
Di Kalimantan, bawang dayak digunakan sebagai bumbu masak, obat hingga upacara adat
Dari bumbu masak hingga berkhasiat obat.
Sebuah umbi, sebutannya banyak. Itulah Eleutherine americana yang berubah nama di berbagai daerah di Pulau Kalimantan: bawang hantu, bawang dayak, tiwai, dan bawang sabrang. Padahal, tanaman anggota famili Iridaceae itu sejatinya bukan berasal dari tanah Kalimantan, tetapi Amerika selatan. Menurut Noorcahyati SHut, Peneliti di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumbar Daya Alam Kalimantan Timur, sebutan bawang dayak karena secara turun-temurun suku Dayak memanfaatkan umbi itu untuk beragam keperluan.
Bagi Lirung, warga Kabupaten Putussibau, Provinsi Kalimantan Barat, bawang dayak bahan yang harus ada dalam sambal. Ia menambahkan satu atau dua siung bawang dayak untuk menguatkan rasa sambal. “Kalau tidak ditambah bawang dayak, sambal terasa hambar,” kata pria berusia 50 tahun itu.  Sambal itu menjadi menu kesukaan Lirung dan keluarga. Lirung mengambil bawang berlian yang tumbuh liar di pekarangannya. “Di kebun ada serumpunan bawang dayak yang tumbuh liar,” katanya.
Obat
Pemanfaatan lain bawang berlian adalah sebagai bumbu masak. Sanusi Oneih, warga Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, menuturkan penduduk lokal memanfaatkan bawang sabrang sebagai bumbu masak, “Bawang dayak digunakan sebagai pewarna makanan atau pelunak daging,” tutur Sanusi. Mereka menambahkan satu siung umbi ketika merebus daging.
Menurut Prof Dr Sukrasno MS, farmakolog dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, bawang berlian kaya antosianin, senyawa pewarna alami yang memberi warna merah pada umbi. “Antosianin berfaedah sebagai antioksidan yang berperan menetralkan radikal bebas,” tutur Sukrasno. Meski banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak, bawang berlian juga berkhasiat obat. Sanusi pernah merasakan faedah bawang berlian untuk mengatasi prostat.
Kondisinya membaik setelah sebulan rutin konsumsi rebusan bawang berlian. Karena berkhasiat dan sulit memperoleh bawang berlian, Sanusi mengebunkan komoditas itu di lahan    2.500 m2. Sejatinya, bawang dayak memang tumbuhan liar dan banyak dijumpai di pinggiran hutan di Kalimantan. Noorcahyati menuturkan, di Kalimantan, bawang berlian memang tumbuh liar.
“Jarang yang membudidayakan secara intensif. Ada pula yang tumbuh di pekarangan. Itu pun hanya segerombol,” ujar peneliti etnobotani itu. Masyarakat Kalimantan lebih akrab menyebutnya bawang dayak atau bawang tiwai ketimbang bawang berlian. Warga di Provinsi Kalimantan Timur secara empiris memanfaatkan bawang dayak untuk menyembuhkan beragam penyakit seperti kanker, tumor, diabetes mellitus, dan hipertensi. “Eleutherine, senyawa aktif dalam bawang dayak, ampuh sebagai antikanker dan antioksidan, ”kata Noorcahyati.
Panasea
K Heyne dalam “Tumbuhan Berguna Indonesia” menyebutkan umbi bawang berlian berguna untuk melancarkan buang air kecil, menahan muntah, dan pencahar. Sementara daunnya bermanfaat membersihkan darah pada perempuan setelah melahirkan. Menurut peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Tengah, Ronny Yuniar Galingging, bawang hantu—sebutan bawang dayak di Kalimantan Tengah—memiliki hampir semua kandungan fitokimia seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin.
Hanya  saponin yang tidak terkandung di dalam umbi. Umbi bawang dayak juga mengandung senyawa naphtakuinones dan turunannya seperti elacanacine, eleutherine, eleutherol, dan eleuthernone. Dr Sukrasno menuturkan, eleutherine merupakan senyawa antioksidan yang bersifat antibakteri, antikanker, dan penangkal radikal bebas.
Amik Krismawati dan M. Sabran dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Tengah, menuturkan bawang dayak dapat digunakan untuk mengobati sakit kepala, demam, sakit perut, sakit gigi, flu, malaria, penyakit gula, bahkan kanker. Bawang berlian tersebar di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Barito Selatan, Barito Utara, dan Kapuas.
Herbalis di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Ranti yang sohor dengan panggilan Mama Agus memanfaatkan bawang dayak untuk obat secara turun-temurun. Ia meresepkan umbi bawang dayak untuk membantu mengobati hipertensi, jantung, dan beragam kanker seperti kanker kolon dan payudara. Mama Agus menyarankan agar pasien mengonsumsinya dengan menyeduh 5 siung bawang dayak dengan segelas air panas. “Minum sedikit-sedikit selama satu hari,” katanya.
Mama Agus menambahkan, bawang dayak juga andal menyembuhkan luka dan menghalau bisul atau penyakit kulit. Cukup parut bawang dayak lalu tempelkan pada anggota tubuh yang terluka. “Bukan hanya umbi yang berkhasiat obat. Daun bawang dayak dapat digunakan untuk mengobati katarak,” kata Mama Agus. Caranya rebus 5 lembar daun bersama satu gelas air. Minum air rebusan itu setiap hari.
Daun kering
Menurut Muhamad Natsir MSi dari Balai Pelestarian Nilai Budaya, Kalimantan Barat, pemanfaatan bawang dayak memang beragam. Ada yang menggunakan sebagai obat, bumbu masak, bahkan pelengkap di upacara adat. Sebagai obat, “Bawang dayak dapat menurunkan panas,” katanya. Penggunaannya, 2 siung bawang dayak dan 3 lembar daun sirih direndam dalam segelas air hangat. Setelah dingin, minum ramuan itu. Selain diminum, bisa juga dikucurkan ke kepala. Air rendaman itu bisa juga digunakan untuk membersihkan wajah.
Natsir menuturkan, pemanfaatan bawang dayak tidak seperti bawang merah yang digunakan sehari-hari. Menurut kepercayaan, jika digunakan sebagai obat dan dikonsumsi setiap hari khasiatnya berkurang. Selain umbinya, daunnya juga bermanfaat. Pada upacara keagamaan daun kering bawang berlian digunakan sebagai pengganti kemenyan.
Orang tua yang baru memiliki bayi biasanya membakar daun kering bawang dayak untuk mengusir roh halus. Khasiat bawang berlian tak hanya terkenal di Kalimantan. Valentina Indrajati, misalnya. Herbalis di Bogor, Jawa Barat, itu sudah meresepkan bawang berlian sejak lima tahun silam. Alumnus Universitas Parahyangan itu meresepkan bawang berlian untuk mengatasi kanker kulit, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, dan kanker usus. (Andari Titisari dan Desi Sayyidati Rahimah/Peliput: Pressi Hapsari F)
sumber : http://www.trubus-online.co.id/topik/6902-nama-dayak-di-umbi-obat.html

No comments:

Post a Comment