11/08/2013

Diabetesi Batal Amputasi


Diabetesi Batal Amputasi


< Senyawa aktif bawang dayak yang paling berperan dalam menurunkan kadar gula darah adalah eleutherinosideA
 Senyawa aktif bawang dayak yang paling berperan dalam menurunkan kadar gula darah adalah eleutherinosideA
Bawang berlian terbukti secara empiris dan ilmiah membantu menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Kuncinya pada kandungan eleutherinosideaA
Sudarmadji (53 tahun) terkejut bukan kepalang. Ia merasa ada yang aneh di wajahnya usai bangun tidur. Gerahamnya seperti bergeser ke kanan alias pengo. “Seperti orang yang terkena serangan stroke,” ujar pria asal Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, itu. Ia menduga mulutnya yang pengo itu akibat hipertensi. Namun, hasil diagnosis dokter membuat ayah 10 anak itu mengernyitkan dahi. Pasalnya, tekanan darah pria yang kerap memberikan ceramah agama itu justru normal, yakni 120/90 mmHg.
Hasil pemeriksaan kadar gula darah justru mengejutkan, mencapai 500 mg/dl, normal   200 mg/dl. Padahal, Sudarmadji tidak pernah mengeluhkan gejala penyakit diabetes mellitus itu. Ia menduga diabetes itu akibat kebiasaannya meminum es teh manis setiap kali sesudah makan. “Dalam sehari saya bisa menghabiskan 4 gelas teh manis,” katanya.
Tiga fase
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD KR, mengatakan bahwa kadar gula darah 500 mg/dl
tergolong sangat tinggi. “Jika dibiarkan berisiko fatal. Risiko paling fatal dari diabetes pasien bisa koma dan meninggal,” katanya. Namun, risiko itu tergantung daya tahan tubuh pasien. Pada beberapa pasien, kadar gula darah 400 mg/dl dapat menyebabkan koma. “Ada juga pasien yang tahan sehingga baru koma saat kadar gula darah       1.000 mg/dl,” ujarnya.
Menurut kepala Poliklinik Obat Tradisional Rumahsakit Umum Dokter Soetomo di Surabaya, Jawa Timur, dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM, gejala diabetes memang berbeda-beda tergantung fase penyakit yang sedang dialami pasien. Pada diabetes terdapat 3 fase penyakit. Pertama fase kompensasi, pasien mengalami gejala polifagi atau selalu merasa lapar meski sudah makan banyak. Gejala lain polidipsi atau selalu merasa haus dan poliuria alias sering berkemih.
Bila tidak segera diobati, pasien mengalami fase dekompensasi. Pada fase itu pasien mengalami trias sindroma diabetes akut. Gejalanya, selain mengalami polidipsi dan poliuri, bobot tubuh pasien juga turun. Jika fase itu dibiarkan, pasien mengalami fase kronik dengan gejala seperti tubuh lemas, sering kesemutan, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan, otot kaku, dan sakit persendian.
Harus amputasi
Setelah mejalani pemeriksaan, Sudarmadji pulang membawa obat penurun kadar gula darah dan antibiotik resep dokter. Ia mengonsumsi kedua obat itu 3 kali sehari masing-masing 1 tablet. Namun, sepekan mengonsumsi obat, kadar gula darah Sudarmadji masih tinggi. Suatu hari seorang kerabat, Salmani, menyarankan agar Sudarmadji mengonsumsi umbi bawang berlian Eleutherine americana.
Karena berharap sembuh, ia pun langsung menuruti saran kerabat. Ia tak lagi menebus resep obat penurun gula darah yang sudah habis. “Saya hanya menghabiskan obat antibiotik,” ujar Sudarmadji. Sejak itu, September 2011, Sudarmadji hanya mengonsumsi 2 kapsul bawang dayak 3 kali sehari.
Setelah 1,5 bulan mengonsumsi, kondisi pengo mulut Sudarmadji berangsur-angsur normal. Yang menggembirakan, kadar gula darah turun signifikan menjadi 150 mg/dl. Kondisi tubuh yang membaik dan kadar gula normal membuat Sudarmadji lupa daratan. Ia kembali minum es teh manis setiap kali usai makan. Ia juga menghentikan konsumsi bawang dayak. Pada September 2012 Sudarmadji mengalami kecelakaan sepeda motor sepulang memberikan dakwah di suatu acara.
Akibat kecelakaan itu mata kaki sebelah kanan luka parah. “Kira-kira (diameter luka) 5 cm,” ujarnya. Sudarmandji lalu berobat ke sebuah rumahsakit di Balikpapan. Meski disiplin mengonsumsi obat selama dua pekan,  lukanya semakin melebar dan membusuk. Luka itu melebar hingga ke dekat lutut dan beraroma kurang sedap. Sudarmadji pun kembali memeriksakan diri ke dokter. Menurut dokter luka itu menyebar akibat kadar gula darah  tinggi, yakni 400 mg/dl.
Dokter menyarankan agar kaki kanan Sudarmadji diamputasi untuk mencegah luka semakin meluas. Sudarmadji menolak cacat akibat kehilangan kaki kanan. Ketika itulah ia teringat kejadian setahun silam saat mengalami pengo akibat diabetes. Ayah 10 anak itu kembali mengonsumsi 2 kapsul bawang dayak 3 kali sehari. Sebulan kemudian, luka gangren itu mengering. Saat memeriksakan diri ke dokter, ternyata gula darahnya turun menjadi 160 mg/dl.
Stop obat
Dokter akhirnya membatalkan amputasi kaki Sudarmadji. Untuk mencegah agar gula darahnya tak naik lagi, ia rutin mengonsumsi 1 kapsul bawang berlian 3 kali sehari dan mengurangi konsumsi es teh manis. Menurut dr Arijanto pasien diabetes memang harus menjaga gaya hidup dan mengatur pola makan. Arijanto menganjurkan pasien diabetes makan enam kali sehari: sarapan pukul 07.00, konsumsi makanan ringan (10.00), makan siang siang (13.00), makanan ringan (14.00), makan malam (19.00), dan makanan ringan (22.00).
“Namun, porsi makan hanya separuh dari porsi biasa dan mesti diimbangi dengan olahraga,” ujar dokter alumnus Universitas Airlangga itu. Menurut Arijanto dengan mangatur pola makan—porsi sedikit tapi sering—meningkatkan metabolisme tubuh. Akibatnya tubuh langsung membakar setiap kalori yang masuk. Hindari juga konsumsi karbohidrat sederhana dan gorengan. “Kolesterol dan asam lemak bebas merangsang diabetes,” ujarnya. Yang tak kalah penting adalah rajin olahraga untuk mengontrol kadar gula darah.
Selain Sudarmadji, Rifwan Sutan Raja Bungsu di Desa Bojonggede, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga mengalami kisah serupa. Dokter mendiagnosis ayah tiga anak itu menderita diabetes mellitus pada 2003. Kadar gula darah Rifwan ketika itu mencapai 400 mg/dl. Kalau pun turun hanya 394 mg/dl.
Efek fatal akibat kadar gula darah tinggi terjadi pada awal 2013. Ketika itu ia kecelakaan sepeda motor dalam perjalanan pulang dari kantor akibat kantuk yang amat hebat. “Saya seperti tertidur saat mengendarai motor,” ujarnya. Akibat kecelakaan itu telapak tangan kanan Rifwan luka dan pergelangan tangan kiri patah. Menurut dr Arijanto, salah satu gejala diabetes adalah mudah lelah dan mengantuk.
Terbukti mujarab
Beberapa bulan pascakecelakaan itu Rifwan membaca sebuah artikel tentang faedah bawang berlian untuk membantu mengatasi diabetes. Pada September 2012 ia mulai mengonsumsi 2 kapsul bawang sabrang 3 kali sehari. Setelah mengonsumsi kapsul bawang sabrang selama 8 bulan, hingga Juni 2013,  kondisi tubuh pria asal Sumatra Barat itu membaik. “Tubuh saya lebih segar dan tidak mudah mengantuk lagi,” katanya. Kadar gula darah Rifwan pada 20 Juni 2013 sebagaimana tertera pada glukometer, turun menjadi 234 mg/dl. “Padahal, sejam sebelum diperiksa saya minum segelas kopi manis,” katanya.
Banyak penderita diabetes mellitus yang kondisinya kian membaik setelah rutin mengonsumsi ekstrak bawang berlian. Sekadar menyebut beberapa orang diabetesi yang terbantu adalah Welly Corneles di Manado, Sulawesi Utara,  Nur Hidayah (Palu, Sulawesi Tengah), dan Raini (Kota Depok, Jawa Barat).  Sebagai contoh kadar gula darah Welly semula mencapai 713 mg/dl. Setelah mengonsumsi obat dokter, gula darah turun menjadi 300 mg/dl. “Saya belum pernah lebih rendah daripada itu,” kata penggemar meminum kopi itu. Kadar gula darahnya 165 mg/dl setelah ia rutin konsumsi bawang berlian.
Mereka memiliki kesamaan, penderita diabetes dengan kadar gula menjulang, dan akhirnya merengkuh kadar gula darah normal setelah rutin mengonsumsi ekstrak bawang berlian. Sebuah kebetulan? Ternyata tidak, sebab berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa bawang berlian memang manjur menurunkan kadar gula darah. Chairul Saleh dari Jurusan Kimia Universitas Mulawarman, misalnya, menguji pada mencit jantan efek hipoglikemik yang diberi larutan ekstrak bawang dayak dengan dosis masing-masing 25 mg, 50 mg, dan 75 mg per kg bobot tubuh mencit. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak bawang tiwai pada berbagai dosis berefek menurunkan kadar gula darah mencit.
Tingkat penurunan kadar gula darah paling tinggi pada kelompok mencit yang mengonsumsi 50 mg ekstrak bawang berlian, yakni 39,11%. Penurunan itu setara dengan efek konsumsi gibenklamid yang turun hingga 41,63%. Sementara pada dosis 25 mg hanya mampu menurunkan kadar gula darah 35,65%.
Berdasarkan uji fitokimia, Chaerul Saleh menduga senyawa yang berperan menurunkan kadar gula darah adalah senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, triterpenoid, dan fenolik.
Hambat alfa-glukosidase
Periset lain, Islamudin Ahmad dan Yurika Sastyarina dari Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, juga membuktikan keampuhan bawang berlian sebagai antidiabetes mellitus. Mereka meneliti ekstrak metanol bawang berlian dengan tiga metode: sokhlet, reflux, dan maserasi. Para peneliti itu lantas memberikan hasil ekstrak kepada mencit diabetesi. Hasil penelitian menunjukkan, tingkat penurunan kadar gula darah paling tinggi adalah bawang berlian ekstraksi maserasi dan reflux masing-masing 62,2% dan 74,6%. Rata-rata penurunan gula darah terjadi pada menit ke-90.
Bagaimana duduk perkara bawang berlian menurunkan kadar gula darah? Berdasarkan hasil penelitian Maria DPT Gunawan Puteri dan rekan dari Divisi Biosains, Universitas Hokkaido, Jepang, umbi anggota famili Iridacecae itu menurunkan kadar gula darah dengan menghambat alfa-glukosidase. Alfa-glukosidase merupakan enzim yang terdapat di permukaan membran sel usus yang berperan memecah pati dan disakarida menjadi glukosa.
Jika aktivitas alfa-glukosidase terhambat, penyerapan glukosa juga terhambat sehingga kadar gula dalam darah juga berkurang. Senyawa yang paling berperan adalah eleutherinoside A dengan nilai IC50 0,5 mM atau 5 mg/50 gram sampel terhambat. Artinya, cukup dengan dosis 5 mg, separuh sampel. Maria dan rekan juga membandingkan efek penghambatan alfa-glukosidase bawang dayak dengan herbal lain yakni mara atau lepi Macaranga tanarius, snake flower Bulbine frustescens, dan sembung Blumea balsamifera.
Hasil penelitian menunjukkan senyawa aktif dari bawang dayak yakni eleutherinoside A paling tokcer menghambat alfa-glukosidase dengan IC50 hanya 0,5 mM. Sementara IC50 senyawa aktif pada M. tanarius lebih tinggi yakni 0,55—1 mM. Senyawa aktif B. balsamifera malah tidak berefek sama sekali. Pada penelitian ini semakin rendah nilai IC50, maka semakin kuat daya hambatnya terhadap pembentukan enzim alfa-glukosidase. Riset ilmiah dan kisah mereka yang membaik setelah konsumi bawang berlian meneguhkan bahwa tanaman asal Amerika Selatan itu secara empiris memang ampuh membantu menurunkan kadar gula darah.
Andalan herbalis
Di tangan para herbalis bawang berlian juga menjadi andalan untuk menurunkan kadar gula darah. Herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati, memanfaatkan bawang berlian sebagai ramuan untuk diabetes. “Saya tidak pernah meresepkan herbal dalam bentuk tunggal, pasti dalam bentuk ramuan agar bekerja lebih optimal,” ujar herbalis yang kerap mengajar yoga di Thailand itu. Ia mencampur 15 g serbuk bawang berlian kering dengan 15 g daun kumiskucing, 10 g daun tapakdara, 10 g daun dandanggendis, dan 10 g brotowali.
Untuk mengonsumsinya, rebus seluruh bahan dalam 5 gelas air hingga tersisa setengahnya. Setelah dingin, minum air rebusan 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Menurut Valentina dalam ramuan itu bawang berlian berperan sebagai penurun kadar gula darah bersama tapakdara. Sementara kumiskucing berperan sebagai antihipertensi. Penyakit tekanan darah tinggi biasanya kerap menyertai diabetes. Dandanggendis berperan mencegah peradangan atau antiinflamasi. Untuk meredakan rasa nyeri jika terjadi peradangan yang mungkin dialami pasien diabetes diatasi dengan brotowali.
“Untuk  membantu mengatasi diabetes bisa dikonsumsi tunggal atau dalam bentuk ramuan,” kata herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, yang juga meresepkan bawang berlian. Lina mencampur 7 siung bawang dayak yang diiris atau dimemarkan dengan 7 lembar daun salam segar. Rebus seluruh bahan dalam 6 gelas air hingga tersisa 3 gelas. Setelah dingin minum air rebusan 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Menurut Lina bawang dayak berperan menekan gula darah, sementara daun salam meningkatkan daya tahan tubuh.
Dengan bukti ilmiah dan khasiat tokcer itu pantas bila jumlah pasien yang mengonsumsi bawang dayak semakin banyak. Itu terlihat dari meningkatnya jumlah permintaan bawang dayak yang mengalir kepada para produsen. Ali Rahman yang mengebunkan bawang berlian di Petir, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini mampu menjual 50 kg umbi per bulan. Ia juga memperluas areal tanam dari semula hanya 400 m2, kini menjadi 1.000 m2. Padahal, semula ia hanya menjual   10—20 kg bawang berlian segar per bulan.
Produsen kapsul bawang dayak di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Ir Karjono, hanya butuh waktu 7 bulan untuk mendongkrak penjualan hingga 500 botol per bulan. “Permintaan paling banyak untuk membantu mengatasi diabetes dan hipertensi,” ujarnya. Distributor herbal di Yogyakarta, Asianto, juga mengalami peningkatan permintaan dari semula hanya menjual 5 botol kapsul bawang dayak per bulan, meningkat menjadi 15 botor per bulan.
Begitu juga Yosef Nugroho, produsen di Surabaya, Jawa Timur. Dalam sebulan ia menjual 50 kg bawang dayak segar dan 30 botol kapsul. “Penjualan meningkat 20% dibandingkan dengan sebelumnya,” ujarnya. Di Palu, Sulawesi Tengah, Nur Hidayah terpaksa menaikkan harga bawang dayak segar dari Rp75.000 menjadi Rp100.000 per kg sejak Januari 2013. “Jumlah produksi terbatas. Saya hanya mampu memproduksi 20—30 kg per bulan,” katanya. Banyak pasien yang membuktikan keampuhan bawang berlian itu tetap menjaga kadar gula darah dengan rutin konsumsi umbi merah itu. (Imam Wiguna/Peliput: Bondan Setyawan, Lutfi Kurniawan, Pressi Hapsari, Rizky Fadhilah)

  1. Senyawa aktif bawang dayak yang paling berperan dalam menurunkan kadar gula darah adalah eleutherinosideA
  2. Rifwan Sutan Raja Bungsu di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kadar gula darahnya turun dari 394 mg/dl  menjadi 234 mg/dl setelah mengonsumsi kapsul bawang berlian selama 8 bulan
  3. Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD KR, saat ini 90% pasien diabetes mellitus umumnya datang ketika sudah ada komplikasi. Mereka tidak melakukan pemeriksaan sehingga tidak tahu kalau gula darahnya tinggi
  4. Beberapa produk berbahan bawang dayak di pasaran, permintaannya terus meningkat
  5. Pola makan porsi sedikit tapi sering meningkatkan metabolisme tubuh sehingga tubuh langsung membakar setiap kalori yang masuk
  6. Dokter Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM, "Apabila diabetes mellitus yang dialami pasien masih stadium awal,  penggunaan herbal cukup efektif,  tapi harus diimbangi pola hidup sehat. Herbal itu sebagai komplementer."

BEDAK
Farisanu Mobatas membuat bedak dingin dari umbi bawang berlian. Bedak itu mengencangkan dan menghaluskan kulit serta menghilangkan flek dan jerawat pada wajah. Bentuk bedak seperti butiran seukuran biji kacang tanah. Untuk menggunakan bedak itu,  seduh butiran bedak dengan air, kemudian oleskan pada permukaan kulit atau wajah.***
Manisan
Bawang berlian juga dapat diolah menjadi camilan sehat berupa manisan. Caranya, kukus bawang berlian yang telah diiris kecil selama 5 menit. Masukan larutan gula dengan perbandingan 1 : 1 dan aduk hingga kental. Setelah terbentuk kristal matikan apinya. Manisan bawang dayak pun siap santap.***
Minuman
Salah satu produsen membuat inovasi berupa minuman instan bawang berlian. Farisanu Mobatas di Balikpapan, Kalimantan Timur, mencampur bawang berlian dan rimpang jahe untuk menjaga ketahanan tubuh. Anda dapat menikmatinya dalam bentuk minuman dingin maupun hangat. Cukup seduh 25 gram minuman instan dengan 100 ml air.
sumber :http://www.trubus-online.co.id/topik/6906-diabetesi-batal-amputasi.html

No comments:

Post a Comment